Sejarah Asal Usul nama Lhokseumawe merupakan salah satu cerita rakyat Aceh
yang berasal dari wilayah Pasee, Aceh. Terciptanya Nama Lhokseumawe tidak lepas dari terbentuknya waduk Reservoir Pusong sekarang menjadi tempat wisata. Waduk ini adalah merupakan waduk alami
atau rawa seperti lautan mini dengan cadangan air yang melimpah yang kemudian
di renovasi sebagai tempat pembuangan limbah.
Bagaimana Cerita Terciptanya nama Kota Lhokseumawe
Konon, di sebuah desa terpencil
di Aceh tinggal seorang perempuan tua bernama Cuda Ramulah. Cuda Ramulah adalah
wanita yang sangat taat dan selalu berbuat baik kepada orang lain. Dia tidak
pernah melakukan hal buruk dalam hidupnya.
Dia memiliki seorang putri cantik
jelita yang bernama Cut Samawi. Siapapun yang melihat anaknya ini akan langsung
jatuh hati karena terpikat dengan rupa dan wajahnya. Dia pernah bersumpah
ketika putrinya lahir bahwa dia akan merawatnya dan menjauhkannya dari godaan
dunia luar.
Putrinya tidak pernah diizinkan
keluar rumah karena takut putrinya akan terpengaruh oleh lingkungan yang buruk.
Cut Samawi tumbuh dan menjadi
gadis yang selain luar biasa cantik juga penurut dan baik hatinya. Melihat
putrinya semakin dewasa, Cuda Ramulah ingin menikahi putrinya dan memulai
sebuah keluarga.
Ia menyiapkan segala keperluan
untuk pernikahan putranya, sedangkan sang putri masih dilarang meninggalkan
rumah hingga hari pernikahannya tiba.
Ibunya mengingatkan putrinya
untuk tidak keluar rumah, jika tidak, sesuatu yang buruk akan menimpa mereka.
Pada pagi yang cerah saat hari
pernikahan putrinya semakin dekat, Cuda Ramulah menggelar tikar di halaman
depan rumahnya.
Ini adalah tradisi orang aceh
untuk mengeringkan padi dari sawahnya agar bisa ditumbuk untuk jamuan makan
pada hari pernikahan anaknya.
Setelah mengeringkan, Cuda
Ramulah pamit pada putrinya untuk pergi membeli kebutuhan di pasar. Sebelum
berangkat, ia menyuruh putrinya untuk menjaga gabah kering agar tidak dimakan
ternak.
Dia kembali mengingatkan putrinya
untuk tidak keluar rumah dan menginjakkan kakinya di tanah saat ibunya keluar.
“Apapun yang terjadi, jangan
menginjakkan kaki di tanah nak!. Jika tidak, kita akan terkena musibah,” kata
Cuda Ramulah kepada putrinya.
Setelah ibunya pergi ke pasar,
Cut Samawi duduk di tangga rumahnya menunggu ibunya pulang sambil bernyanyi.
Tiba-tiba beberapa ekor ayam mulai mematuk biji-bijian mereka.
Kemudian, Dia mencoba mengusir
ayam-ayam itu tapi tidak pergi. Cut Samawi, dia masih teringat pesan ibunya
untuk tidak meninggalkan rumah dan menyentuh tanah.
Tidak kehilangan akal, dia juga
mengambil kayu bakar di dapur dan melempar ayam-ayam itu. Meski berhasil
disingkirkan, tak butuh waktu lama bagi ayam-ayam itu untuk kembali dan mulai
memakan biji-bijiannya.
Cut Samawi kembali melemparkannya
sampai kayu bakar di dapur mereka habis.
Kayunya bertebaran di pekarangan
rumah. Cut Samawi merasa lega telah berhasil mencegah ayam-ayam memakan
biji-bijiannya.
Hari semakin larut tapi ibunya
belum juga pulang. Langit semakin mendung dan hujan mulai turun. Cut Samawi
bingung, dia tidak tahu harus berbuat apa.
Selain itu, jika ia tidak segera
mengeluarkan gabah dari jemuran yang matahari tidak terlihat lagi, dapat dipastikan pernikahannya akan
gagal. Semua padi mereka akan basah karena hujan.
Cut Samawi melanggar janji ibunya
Nah itulah awal dari kisah
munculnya rawa-rawa yang kemudian menjadi cikal bakal terciptanya Waduk
Lhokseumawe. Waduk ini pertamnya berbentuk rawa rawa dan kemudian terlihat
menjadi danau. Banyak kisah dari orang orang tua dulu mengatakan kalau
Lhokseumawe diambil dari nama Cut Samawi yang telah melanggar larangan Cuda
Ramulah. “Lhok” artinya “Dalam” atau “Danau” yang hasil tercipta dari peristiwa
tersebut. Sedangkan “Seumawe” diambil dari nama “Cut Samawi”.
Begitulah kisah asal muasal Lhokseumawe
dan waduknya yang sangat melegenda dari
zaman ke zaman. Tentunya kisah legenda Waduk Lhokseumawe ini telah terdengar
dari mulut ke mulut dengan berbagai versi dan cara penyampaiannya.
0 Comments